Minggu, 31 Januari 2010

Membangun Image Positif Bangsa, Dengan Apa?

0 komentar Minggu, 31 Januari 2010 |
Perhatikanlah pernyataan Tifatul Sembiring, Menteri Komunikasi dan Informatika, ketika memberi penjelasan mengenai pembelian mobil dinas (Mobdin), yang harus mengocek dana 1.3 Milyar, per-unit, beberapa waktu lalu. Tifatul menerangkan, bahwa, untuk simbol-simbol Negara, pengeluaran dana sebesar itu (1,3 M), bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. (www.vivannews.com 4/1/2010)
Dari keterangan beliau di atas, terdapat alasan –menurut penulis- sangat mengggelitik. Yaitu, “untuk simbol-simbol Negara”. Dalam kata lain, menteri yang menggantikan M. Nuh ini, ingin menjelaskan kepada masyarakat, kalau pembelian mobdin tersebut untuk membangun image positif Indonesia di mata dunia. Karea ia (mobdin) akan menjadi simbol –mungkin menurut baliau- kemajuan, kemodorenan bangsa ini. Jadi, bukan untuk kepentingan pemerintah semata.
Benarkah demikian? Okelah –kita mengiyakan meskipun terpaksa- kalau memang benar apa yang dijelaskan di atas. Namun pertanyaan selanjutnya, haruskah kita membangun image tersebut dengan menghamburkan uang sebesar itu? Bukankah di luar sana masih banyak masyarakat, yang merintih karena kelaparan? Dan karena ketidakmampuan dalam menanggung beban hidup, sebagian mereka harus rela (maaf) menjual dirinya, menjambret, merampok, dan lain sebagainya, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup Bukankah ini aip besar bagi bangsa ini, yang notabenya adalah Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia?

Bangunlah Dengan Prestasi
Adalah Umar bin Abdul Aziez, yang telah mencatatkan namanya di buku sejarah, dengan tinta emas, berkat prestasi-prestasinya dalam memegang amanah ummat sebagai khalifah. Hanya dalam kurun waktu kurang-lebih dua tahun tiga bulan, beliau mampu membawa perubahan yang signifikkan bagi warganya. Ummat yang dahulunya hidup sengsara menjadi bahagia, yang tadinya terdzalimi, kini telah mendapatkan keadilan.
Karena kesuksesan beliau dalam memimpin, diceritakan, bahwa telah terjadi ‘kebingungan’ diantara masyarakat untuk menyalurkan zakat yang mereka keluarkan. Seluruh warga merasa telah hidup berkecukupan. Sehingga, merekapun menolak dana santunan zakat tersebut. Luar biasa bukan!
Oleh dasar itu pulalah, sebagian dari ulama’, berpendapat, bahwa beliau adalah termasuk Khulafaaur Rasidien yang ke-lima, setalah Abu Bakr, Umar, Utsman, dan ali bin Abi Thalib.
Mungkin ada sebagian dari kita berkata, “itukan masa lalu dan terlalu jauh jaraknya dengan kita”. baiklah kalau ada yang mengatakan demikian. Agar lebih kongkrit, bahwa prestasilah yang akan mengantarkan suatu bangsa disegani oleh bangsa-bangsa lain, kita ambil contoh negara yang letaknya tak seberapa jauh dari kita, Jepang.
Negeri Sakura ini telah menjadi salah satu kekuatan dunia, dikarenakan prestasinya di bidang teknologi. Hampir setiap saat keinovatifan teknologi senantiasa tumbuh/muncul di Negara yang mempunyai julukan Matahari Terbit ini. Padahal, secara histories, negeri ini pernah mengalami keguncangan yang sangat dahsyat, dikarekan ledakan bom atum di Hirosima dan Nagasaki. Namun kini, kita bisa menyaksikan kehebatan mereka dalam bidang teknologi.
Kembali ke kontek permasalahan. Saat ini, Indonesia sedang mengalami permasalahan yang tidak sedikit; Kemiskinan, kriminalitas, korupsi, sex bebas, narkoba adalah diantaranya. Sudah waktunya bagi pemerintah untuk membuktikan kepada dunia, khususnya masyarakat Indonesia sendiri, bahwa mereka mampu mengetaskan masalah-masalah tersebut.
Siapa yang tidak bangga, kemudian memuji kinerja pemerintah, ketika mereka mampu menyelesaikan permasalahan -permasalahan tersebut. Korupsi diberantas hingga ke akar-akarnya, kemiskinan bisa ditekan sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi sekerumunan orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkan uang zakat yang nominalnya berkisaran 30 ribu, kestabilitasan keamanan, bisa dikendalikan, begitu pula dengan kasus-kasus yang lainya, semua teratasi..
dalam Islam, menjadi orang yang berprestasi adalah suatu perintah. Sudah barang tentu, prestasi di sini adalah prestasi yang tidak bertentangan denga syari’at. Firman Allah:
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Q.S: 2.148)
Dalam surat yang berbada, Allah pun berfirman:
“Dia-lah yang telah menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Kuasa dan Maha Ampun” (Q.S : 67.2)
Kesimpulannya, untuk membangun image baik negeri ini di mata dunia, bukan dengan menghamburkan uang rakyat untuk sesuatu yang kurang penting, akan tetapi, hal tersebut akan diperoleh ketika pemerintah mampu menunjukkan prestasi kerjanya kepada rakyat, dunia, dengan cara menyelesaikan masalah bangsa. Gimana, siap membuktikan?? Wallahu ‘alam bis-shawab .

read more